.

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*] Letter R

Selasa, 13 November 2012

KELAINAN PADA TULANG


MAKALAH
KELAINAN PADA TULANG
(Osteoartritis, Rheumatoid arthritis, Scoliosis)
Makalah Ini diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah Struktur Hewan
Disusun:
RISNA ROSWITA NURAINI
(1210206089)
PENDIDIKAN BIOLOGI – IIIB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011-2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada saya melalui ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga saya bisa sedikit menuliskan setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana ini. Shalawat serta salam saya tujukan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
       Saya bersyukur bahwa akhirnya kontribusi dapat diwujudkan dengan diiringi kesadaran bahwa segala keterbatasan masih mengiringi makalah yang masih perlu untuk terus dikoreksi ini agar dapat mencapai kesempurnaan. Dan saya ucapkan terima kasih kepada Dosen yang membimbing matakuliah Struktur Hewan. Makalah ini dibuat tidak dengan proses yang instan namun memerlukan proses yang cukup panjang untuk menciptakan sebuah makalah yang dapat membuat pembaca semakin mengenal, mengerti dan memahami mengenai “Kelainan pada sistem rangka”.
Akhirnya, kami berharap makalah ini menjadi kontributif yang positif yang tidak ada hentinya. Tak henti untuk terus dikoreksi, tak henti untuk melahirkan berbagai motivasi dan inovasi serta tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang jauh lebih baik dari kami. Amin.




Bandung,  November 2011

RISNA ROSWITA N

DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1.Osteoartritis................................................................................................ 3
2.2. Rheumatoid arthritis.................................................................................. 6
2.3. Scoliosis..................................................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 15
DAFTAR ISI................................................................................................... 16




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
            Tulang merupakan alat gerak pasif dan otot merupakan alat gerak aktif. Gerakan tubuh terjadi karena adanya kerjasama antara tulang dan otot. Otot dikatakan alat gerak aktif karena mampu berkontraksi untuk menggerakan tulang.
            Rangka manusia terdiri dari tulang rawan (kartilago) dan tulang (osteon). Kartilago bersifat bingkas dan lentur yang terdiri atas sel-sel rawan yang dapat menghasilkan matriks erupa kondrin.
            Pembentukan tulang terjadi setelah tulang rawan (kartilago) yang dihasilkan dari sel-sel mesenkima terbentuk. Setelah kartilago terbentuk, bagian dalamnya akan berongga dan terisi osteoblas (sel-sel pembentuk tulang). Proses penulangan ini disebut osifikasi.
            Berdasarkan matriksnya, jaringan tulang dibedakan atas, tulang kompak, jika matriksnya padat dan rapat, dan tulang spons, jika matriksnya berongga.
            Rangka manusia berfungsi untuk memberikan bentuk tubuh, melindungi alat tubuh yang vital, menahan dan menegakkan tubtuh, tempat pelekatan otot, tempat menyimpan zat kapur, dan tempat pembentukan sel darah.
            Tulang didalam tubuh dapat berhubungan secara erat atau tdak erat. Hubungan antartulang disebut artikulasi. Bila hubungan tulang dengan tulang digunakan untuk suatu gerakan, diperlukan suatu bentuk khusus yang disebut sendi. Macam hubungan tulang adalah sinartrosis, diartosis, dan amfiartrosis.
            Sinartrosis adalah hubungan antartulang  yang tidak memungkinkan adanya gerakan. Diartrosis adalah hubungan antartulang yang memungkinkan terjadinya gerakan. Amfiartrosis adalah hubungan antartulang yang memungkinkan adanya sedikit gerakan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Osteoartritis?
2. Bagaimana Gejala, pencegahan, dan pengobatan Osteoartritis?
3. Apa yang dimaksud dengan Rheumatoid arthritis?
4. Bagaimana gejala, pencegahan, dan pengobatan Rheumatoid arthritis?
5. Apa yang dimaksud dengan Scoliosis?
6. Bagaimana gejala, pencegahan,dan pengobatan Scoliosis?














BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Osteoartritis
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.
Pada kondisi kekurangan cairan sinovial lapisan kartilago yang menutup ujung tulang akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan tersebut semakin tipis dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.

v  Penyebab

Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri sendi. Masyarakat awam dan bahkan beberapa dokter (secara keliru) langsung beranggapan karena disebabkan oleh rematik atau asam urat.Sebagian lagi berpikir akibat osteoporosis. Namun kenyataannya penyebab utamanya nyeri sendi (khususnya yang dialami oleh yang berusia lebih dari 45 tahun) adalah osteoartritis. Penyebab osteoartritis bermacam-macam. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara osteoarthritis dengan reaksi alergi, infeksi, dan invasi fungi (mikosis). Riset lain juga menunjukkan adanya faktor keturunan (genetik) yang terlibat dalam penurunan penyakit ini. Namun demikian, beberapa faktor risiko terjadinya osteoartritis adalah sebagai berikut:

v  Pengobatan

Rasa nyeri yang diderita oleh penderita penyakit ini dapat dikurangi dengan berbagai macam cara seperti pengompresan atau penyuntikan cairan sinovial ke bagian sendi.Pengobatan untuk pengapuran sendi berbeda beda tergantung stadiumnya.

Osteoartritis derajat ringan (stadium 1 dan 2)

terapi non obat terdiri atas:
terapi obat terdiri atas:

Osteoartritis derajat berat (stadium 3 dan 4)

Pilihan pengobatan terbaik sampai saat ini adalah operasi penggantian sendi. Operasi penggantian sendi adalah operasi yang dilakukan untuk mengganti sendi yang dilakukan untuk mengganti sendi yang telah rusak dengan prostesis.

v  Pencegahan

Pencegahan osteoartritis dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan yang bergizi.Beberapa suplemen makanan juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini. Beberapa suplemen yang umum digunakan antara lain adalah glukosamin dan kondroitin.

Glukosamin

Glukosamin adalah molekul gula amino yang biasa terdapat pada kulit krustasea (udang-udangan), artropoda, dan dinding sel cendawan. Di Indonesia, glukosamin dapat diperoleh dari langsung dari suplemen makanan komersial atau minuman susu tersuplementasi.

Kondroitin

Kondrotin sendiri adalah suplemen makanan yang biasa digunakan bersama glukosamin. Ia merupakan senyawa rantai gula bercabang yang menyususun tulang rawan. Di Indonesia, kondroitin dapat diperoleh dari langsung dari suplemen makanan.





2.2.Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis bagi kebanyakan orang mungkin tak dianggap sebagai penyakit berbahaya karena yang diserang adalah persendian sehingga tidak mengancam jiwa. Tapi berdasarkan penelitian terbaru, anggapan itu salah sama sekali.
Setahun setelah seseorang didiagnosis menderita rheumatoid arthritis, sebenarnya mereka memiliki peningkatan risiko sebesar 60 persen terhadap serangan jantung dibandingkan dengan orang yang tidak terkena penyakit itu, demikian sebuah penelitian terbaru yang terbit di Journal of Internal Medicine edisiDesember.
Penelitian ini melibatkan hampir 7.500 pasien yang didiagnosis rheumatoid arthritis, penyakit autoimun kronis yang ditandai dengan peradangan menyakitkan pada lapisan sendi, dan lebih dari 37.000 orang yang tidak menderita penyakit ini. Penelitian dilakukan antara 1995 hingga 2006; masa tindak lanjut median lebih dari empat tahun dengan maksimum tindak lanjut selama 12 tahun.
Menurut para peneliti Swedia, risiko serangan jantung meningkat 60 persen satu hingga empat tahun setelah diagnosis rheumatoid arthritis, dibandingkan dengan orang tanpa penyakit ini, dan risiko ini tetap pada tingkat yang sama selama 5 hingga 12 tahun setelah diagnosis.
Selain itu, risiko dari setiap jenis penyakit jantung iskemik (aliran darah terhambat) meningkat 50 persen selama 1 hingga 4 tahun setelah diagnosis rheumatoid arthritis dibandingkan dengan mereka yang tidak didiagnosis penyakit ini, dan angka itu tetap selama 5 sampai 12 tahun setelah diagnosis.
"Temuan kami menekankan pentingnya pemantauan risiko jantung pasien dari saat mereka didiagnosis rheumatoid arthritis, karena risiko ini meningkat pesat dalam beberapa tahun pertama," kata ketua tim peneliti, Marie Holmqvist, dari Karolinska Institute di Stockholm, Swedia.
Ia menambahkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mekanisme yang mengaitkan kedua penyakit tersebut.
Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang. Pada Gambar 1, ditunjukkan bahwa RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan, bengkok dan panas di sekitar sendi. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio kejadian 3 : 1.
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.

v  Gejala

Penderita RA selalu menunjukkan simtoma ritme sirkadia dari sistem kekebalan neuroindokrin.[1]
RA umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu :
  1. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari
  2. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
  3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan
  4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan
Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan adanya nodul-nodul rheumatoid, konsentrasi rheumatoid factor (RF) yang abnormal dan perubahan radiografi yang meliputi erosi tulang.
v  KARAKTERISTIK REMATOID ATRITIS
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Gambaran Karakteristik Penderita Rematoid Atritis, maka dapat dibahas hasilnya sebagai berikut :
1.      Karakteristik Penderita Rematoid Atritis ditinjau dari  Pengetahuan
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 Responden ternyata mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 48 orang (54 %) dan masih ada yang berpengetahuan kurang sebanyak 24 orang (27%)
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Riyadi (2006) yang mengatakan pengetahuan dapat mempengaruhi keputusan mengenai penyakitnya, dengan adanya pengetahuan seseorang yang menderita Rematoid Atritis dapat memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap penyakitnya. Bahkan, pengetahuan seseorang dapat menghilangkan rasa cemas terhadap penyakinya.
Begitu juga yang dikatakan Warman (2008) bahwa pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit berpengaruh terhadap pengalaman seseorang tentang keadaan rematoid atritis seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit yang dirasakan pada penderita rematoid atritis akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.
Dari 2 hasil penelitian para ahli tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang Rematoid Atritis yang dimiliki lansia yang ada di Desa Paya Bujok Tunong mayoritas dikategorikan Cukup bahkan masih ada yang berpengetahuan kurang sebanyak 24 Responden, sedangkan dikatakan sudah berpengetahuan bagus bila mayoritas dikategorikan baik. Dalam hal ini sangat dibutuhkan peran petugas kesehatan untuk dapat memberi penyuluhan kepada warga khususnya lansia, agar pengetahuan yang ada pada masyrakat khususnya lansia  menjadi lebih baik.
2.      Karakteristik Penderita Rematoid Atritis ditinjau dari  Jenis Kelamin
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 Responden ternyata mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 48 orang (53,94  %).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Harry Isbagio (1999), yang menjelaskan bahwa Wanita tiga kali lebih sering menderita reumatoid artritis (radang sendi) dibanding dengan laki-laki. Penelitian ini disajikan fakta-fakta bahwa hampir 72% perempuan menderita Rheumatoid Arthritis sakit setiap hari. Terlepas dari kenyataan 75% dari perempuan menerima obat penghilang rasa sakit. Rasa sakit fisik yang menyerang pada perempuan itu sangat mempengaruhi hasil non positif pada aspek-aspek emosional dan sosial dalam kehidupan mereka.
Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa wanita lebih rentan terkena penyakit  Rematoid Atritis dikarenakan faktor Fungsional organ dalam tubuh. Rematoid Atritis lebih menyerang wanita dipengaruhi oleh faktor kehamilan, berulang kali melahirkan dan banyak kehilangan darah dan juga menyusui anak. Hal inilah yang membedakan wanita dan laki-laki dimana wanita lebih banyak terkena Rematoid Atritis dari pada laki-laki.
3.      Karakteristik Penderita Rematoid Atritis ditinjau dari Umur
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 Responden ternyata mayoritas berumur 45–59 tahun sebanyak 86 orang (96,63%).
Hal ini sesuai denga apa yang dikatakan Irianto (1999) yaitu Perubahan–perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Prevalensi peningkatan Reumatoid Artritis berdasarkan umurdiatas usia 55 tahun. Progressivitas penyakit dimulai dari sekitar usia 30-50 tahun dan mencapai puncaknya pada dekade ke-4. Rematoid Atritis menyerang semua sendi, namun sebagian besar menyerang sendi-sendi jari. Semua orang beresiko terserang Rheumatoid Arthritis, namun resiko ini akan meningkat drastis pada usia 30 sampai 50 tahun.
Berdasarkan penelitian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan meningkatnya umur semua organ di dalam tubuh menjadi menurun fungsinya. Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya Rematoid Atritis dan dapat menimbulkan komplikasi penyakit lain karena daya tahan tubuh yang menurun sejalan dengan meningkatnya usia.
4.      Karakteristik Penderita Rematoid Atritis ditinjau dari Pekerjaan
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 Responden ternyata mayoritas bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 38 orang (42, 69 %).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ninahamzah (2004) yang menyatakan bahwa dari 123 Responden mayoritas bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 49 %, dan yang bekerja sebagai PNS sebanyak 24 %. Sedangkan yang bekerja sebagai petani sebanyak 27 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menderita Rematoid Atritis bekerja sebagai wiraswasta.
Sedangkan Menurut penelitian Irianto (1999), Pekerjaan yang berat dapat mempengaruhi organ dalam tubuh, besarnya kekuatan dalam bekerja membuat otot bekerja ekstra keras dan itu dapat mempengaruhi sendi dengan gejala pegal–pegal dan nyeri pada sendi. Lebih dari 50% pasien tadak dapat bekerja lagi Rematoid Atritis sering kali pertama kali mengenai sendi – sendi tangan yang meyebabkan jari–jari nyeri, membengkak, dan menglami perubahan bentuk. Sementara itu, penyakit akan menyebar ke semua sendi di tubuh kecuali dihentikan di perjalanannya penyakitnya
Dari pendapat dari para ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan pekerjaan yang berat membuat otot bekerja ekstra dan hal tersebut dapat menyebabkan terasa nyeri pada otot ataupun sendi. Apabila pekerjaan yang berat dilakukan secara terus menerus akan membuat otot atau sendi lebih cepat mengalami penurunan fungsi sehingga rentan terkena penyakit Rematoid Atritis.

Penanda RA yang terdahulu

Rheumatoid Factor (RF) merupakan antibodi yang sering digunakan dalam diagnosis RA dan sekitar 75% individu yang mengalami RA juga memiliki nilai RF yang positif. Kelemahan RF antara lain karena nilai RF positif juga terdapat pada kondisi penyakit autoimun lainnya, infeksi kronik, dan bahkan terdapat pada 3-5% populasi sehat (terutama individu usia lanjut).
Oleh karena itu, adanya penanda spesifik dan sensitif yang timbul pada awal penyakit sangat dibutuhkan. Anti-cyclic citrullinated antibody (anti-CCP antibodi) merupakan penanda baru yang berguna dalam diagnosis RA. Walaupun memiliki keterbatasan, RF tetap banyak digunakan sebagai penanda RA dan penggunaan RF bersama-sama anti-CCP antibodi sangat berguna dalam diagnosis RA.

ANTI-CCP IgG

Anti-CCP IgG merupakan penanda RA yang baru dan banyak digunakan dalam diagnosis kondisi RA. Beberapa kelebihan Anti-CCP IgG dalam kondisi RA antara lain :
  1. Anti-CCP IgG dapat timbul jauh sebelum gejala klinik RA muncul. Dengan adanya pengertian bahwa pengobatan sedini mungkin sangat penting untuk mencegah kerusakan sendi, maka penggunaan Anti-CCP IgG untuk diagnosis RA sedini mungkin sangat bermanfaat untuk pengobatan sedini mungkin.
  2. Anti-CCP IgG sangat spesifik untuk kondisi RA. Antibodi ini terdeteksi pada 80% individu RA dan memiliki spesifisitas 98%. Antibodi ini juga bersifat spesifik karena dapat membedakan kondisi RA dari penyakit artritis lainnya.
  3. Anti-CCP IgG dapat menggambarkan risiko kerusakan sendi lebih lanjut. Individu dengan nilai anti-CCP IgG positif umumnya diperkirakan akan mengalami kerusakan radiologis yang lebih buruk bila dibandingkan individu tanpa anti-CCP IgG.
2.3.SCOLIOSIS
Kelainan tulang belakang seperti Scoliosis adalah gangguan yang menyebabkan kurva abnormal pada tulang belakang atau tulang punggung seseorang. tulang belakang harus lurus bila dilihat dari belakang dan terlihat membentuk gambar ‘S’ dari samping. Bentuk tulang membungkuk pada tulang belakang ketika melihat dari samping disebut ‘kyphosis’, sementara mundur membungkuk dalam kurva jika dilihat dari sisi disebut sebagai ‘Lordosis’. Orang yang menderita scoliosis dapat mengembangkan kurva tambahan sisi baik mereka, dengan tulang-tulang dari tulang belakang memutar satu sama lain. Scoliosis adalah masalah yang dapat terjadi pada orang dari setiap kelompok umur, tetapi yang paling umum pada mereka lebih dari 10 tahun. Masalah ini adalah 2 kali lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Artikel ini akan memberikan Anda dengan penyebab, gejala dan pengobatan scoliosis pada anak-anak.

PENYEBAB, GEJALA & TREATMENT/PERLAKUAN UNTUK SCOLIOSIS PADA ANAK

Penyebab Scoliosis
Ø  Cacat Lahir dapat menyebabkan scoliosis pada anak-anak. Sehingga dapat terjadi bahwa tulang mereka berkembang berbeda atau tidak lengkap, sehingga hanya separuh dari tulang tumbuh. Kadang-kadang tulang belakang atau tulang rusuk yang normal bergabung bersama-sama. Tulang belakang biasanya dibagi menjadi tulang-tulang kecil normal, tapi pada anak-anak dengan gangguan blok besar tulang dibentuk di tulang belakang.
Ø  Kemungkinan dari scoliosis pada anak-anak lebih tinggi jika seseorang dalam keluarga telah mengalami masalah yang sama. Anak-anak yang memiliki kedua orang tua dengan scoliosis berada pada risiko yang lebih tinggi memiliki scoliosis.
Ø  Situasi traumatis yang mengarah ke skoliosis mungkin termasuk fraktur, radiasi atau pembedahan tulang belakang di masa lalu.
Ø  Masalah kesehatan lainnya di anak Anda juga dapat menyebabkan scoliosis di dalamnya. Penyakit seperti polio, cerebral palsy dan distrofi otot yang menyebabkan masalah dalam kontrol otot dan aktivitas dapat mengakibatkan masalah scoliosis.

Tanda & Gejala Dari Scoliosis
Ø  Tanda paling umum dari seseorang yang menderita scoliosis adalah cacat tulang belakang, dengan kepala sebagai pusatnya.
Ø  Penderitaan scoliosis mungkin mengalami salah satu dari tulang pinggul atau bahu lebih tinggi dari yang lain.
Ø  Cara berjalan yangtida rata adalah salah satu gejala terinfeksi dengan scoliosis.
Ø  Seseorang dengan sisi berlawanan pada tubuh tidak rata merupakan gejala menderita scoliosis.
Ø  Seseorang menderita scoliosis mungkin mengalami nyeri punggung dan mereka mungkin akan mudah lelah dalam kegiatan yang membutuhkan gerakan dada dan perut yang berlebihan.

Treatment/Perlakuan pada Scoliosis
Ø  Dalam hal kurva ringan, menunggu dan waspada adalah apa yang bisa membantu. Seorang anak yang tulangnya hanya menyelesaikan proses pertumbuhan akan harus menjalani pemeriksaan rutin untuk mengetahui apakah ada perbaikan kondisi.
Ø  Sebuah alat penjepit atau penahan tulang belakang mungkin juga direkomendasikan untuk anak Anda. Ketika tulang anak Anda telah benar-benar tumbuh, kawat gigi dapat diberikan untuk mencegah tulang belakang dari lebih melengkung. Sebagian besar kawat gigi yang ringan dan kecil dan dapat dipakai di bawah pakaian. Penjepit bisa disesuaikan tergantung pada ketinggian anak Anda.
Ø  Jika kondisi tulang belakang anak Anda sangat buruk, maka pembedahan mungkin satu-satunya pilihan kiri dengan dokter. pembedahan akan membantu tulang bergabung bersama sepanjang kurva; batang, kabel dan sekrup dapat digunakan untuk membuat tulang belakang lurus dalam operasi.
Ø  Ada beberapa latihan yang dapat membantu meningkatkan kesehatan anak Anda, termasuk jantung dan paru-paru. Sebuah operasi biofeedback juga dapat digunakan untuk mengajar anak Anda memperbaiki postur tubuhny





BAB III
KESIMPULAN

Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).
Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital, neuromuskuler dan idiopatik, Skoliosis di bagi menjadi dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul tidak sama tinggi, nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan pernafasan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru dan jantung dan sakit tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa di lakukan yaitu Rontgen tulang belakang, Skoliometer terapi yang dapat di pilih, di kenal sebagai ” The Three O's ” adalah observasi, orthosis, operasi, prioritas.
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu ketidakefektifan pola nafas, nyeri, punggung, gangguan, mobilitas fisik, dan gangguan citra tubuh.



DAFTAR PUSTAKA
(http://www.fergusonstchiro.com.au)
(http://www.face-and-emotion.com)
Martini, Sri. Dkk. 2004. Biologi SMA. Jakarta: Erlangga
Suwarni, Sri. Dkk. 2008. Pelatihan Siswa Biologi. Klaten : Sekawan